STATUS W A IPAR DAN MERTUAKU (5)
"Naya, pulanglah! Kita bicara di rumah saja nanti!" ujar Mas Alvin yang sedari tadi hanya diam saja seraya menyerahkan bayi di tangannya pada seorang perempuan muda dan cantik yang baru saja keluar dari dalam kamar dengan penampilan yang terkesan mewah dan mahal.
Mungkin perempuan itu adalah Dona, istri baru suamiku sekarang.
Ingin rasanya aku menj4mbak dan men4mpar wajah perempuan cantik tetapi berhati ular itu bertubi tubi hingga berdarah untuk membalas rasa sakit hati ini. Tapi tidak! Aku tak akan mengotori tanganku ini dengan menyentuh tubuh perempuan itu. Aku akan menyiapkan cara lain untuk membuatnya menyesali perbuatannya sejadi jadinya kelak.
"Tidak, Mas! Kita selesaikan ini sekarang juga! Aku nggak mau ditunda tunda lagi!"
"Mau kamu apa? Bercerai? Atau kamu mau meninggalkan dia dan mengurus pernikahan kita dengan baik?" Aku bersikukuh meski aku yakin Mas Alvin tak akan mengabulkan permintaanku begitu saja.
Dona kelihatannya kaya dan berasal dari keluarga berada. Itu mungkin yang membuat ibu mertua mati matian membela dan menjodohkan dia dengan suamiku itu apa pun yang terjadi.
Meskipun begitu, aku tak mau dianggap remeh oleh Mas Alvin dan Ibu mertua begitu saja. Walaupun tak sekaya Dona, aku juga diam diam sukses menjalankan bisnis online yang aku lakukan tanpa sepengetahuan mereka. Jadi apa yang harus aku khawatirkan?
Tapi demi misi membalas apa yang sudah Mas Alvin, Dona dan ibu mertua lakukan, aku akan diam saja dan pura pura tak berdaya sampai tiba saatnya keadaan ini berbalik. Aku yakin jika aku fokus berusaha, aku akan bisa membalas perbuatan mereka supaya mereka insyaf dari menyakiti hati orang seperti yang mereka lakukan sekarang ini.
"Pulanglah, Nay! Kasihan Kayla ketakutan seperti itu!"
"Mas usahakan besok pagi Mas pulang. Mas janji kita akan bicara baik baik dan menyelesaikan semuanya dengan baik baik juga. Oke?" ujar Mas Alvin lagi dengan nada jumawa yang membuatku muak. Sangat muak.
Dia pikir siapa bisa memerintahku seperti ini! Setelah dengan seenaknya dia membuat surat nikah palsu, sekarang dia dengan mudahnya mengatakan hendak menyelesaikan semuanya dengan baik baik saja setelah dia dengan begitu gampangnya memutuskan untuk menikah lagi?
Apa dia pikir aku batu yang tak punya perasaan? Tunggu saja, Mas. Aku akan diam dan pura pura lemah di matamu, tapi semua itu aku lakukan hanya untuk membalasmu dan memastikan kau, ibumu dan istri mudamu itu menyesali perbuatan kalian habis habisan kelak. Tekadku dalam hati.
Ya. Pantas saja selama ini setiap kali aku minta Mas Alvin untuk mengurus akta kelahiran Kayla, laki laki itu selalu menolak. Ternyata dia sadar kalau pernikahan kami tidaklah sah di mata hukum sehingga kemungkinan akan sulit untuk mengurus akta kelahiran Kayla tersebut.
Tapi tak apa. Dengan tidak adanya surat nikah asli antara aku dan Mas Alvin, berarti secara hukum Kayla adalah putriku seorang diri. Tak ada hak Mas Alvin atas dirinya. Jadi jika kelak kami harus bercerai karena pengkhianatannya ini, aku tak perlu pusing lagi berbagi hak asuh atas putriku yang sangat aku sayangi ini.
Ya. Aku rasa tak ada salahnya bila Kayla hanya menyandang namaku saja di akte kelahirannya. Malu? Akan lebih malu lagi jika dia punya bapak yang tidak bertanggung jawab seperti Mas Alvin!
"Nggak! Aku nggak mau pulang sebelum masalah ini selesai! Sekarang apa mau kamu, Mas? Kata Ibu kamu, surat nikah kita palsu! Lantas apa yang mau kamu lakukan padaku dan Kayla? Menyingkirkan kami dan menyuruh kami pergi begitu saja dari hidup kamu? Iya?" Cecar ku pura pura kalut dengan apa yang Mas Alvin lakukan saat ini terhadap ku dan Kayla. Padahal dalam hati aku baik baik saja.
Bukan sifatku diperbudak oleh perasaan cinta yang berlebihan pada pasangan sehingga mengabaikan logika meski pasangan itu jelas jelas sudah berkhianat dan tak menganggap ku berharga di matanya.
Apalagi selama ini aku cukup prepare dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi dalam kehidupanku. Itu sebabnya aku tak terlalu kalut meski jujur aku juga merasa sangat sedih dan kecewa atas apa yang Mas Alvin lakukan saat ini padaku.
Mas Alvin terdengar menghembuskan nafasnya lalu kembali membuka suaranya.
"Sudahlah, Nay! Besok saja kita bahas saat mas sudah di rumah. Oke? Kita selesaikan semuanya di rumah. Sekarang berikan kesempatan buat Mas merayakan kelahiran Fariz lebih dulu. Nggak enak sama tamu yang hadir, Naya."
"Jangan bikin keributan kalau kamu masih butuh Mas. Oke? Sekarang kamu pergi, sebelum Mas terpaksa mengusir kamu!" ujar Mas Alvin kembali dengan suara tertahan.
Mendengar perkataan anaknya, Ibu mertua tiba tiba kembali maju ke hadapanku.
"Ya, kamu dengar itu menantu yang tak pernah Mama harapkan? Pergilah! Pergi dari hidup Alvin selamanya karena Mama lebih merestui dia bersama Dona karena Dona seribu kali lebih pantas bersanding dengan Alvin dari pada kamu!"
"Alvin seorang manajer perusahaan! Dan Dona seorang pengusaha skincare! Mereka pasangan serasi. Harusnya kamu sadar, dengan latar belakang kamu yang hanya seorang anak yatim piatu dan besar di panti asuhan, kamu nggak pantas menjadi menantu Mama!"
"Meski kamu dulu pernah bekerja dan berhasil beli mobil, tapi kamu nggak akan pernah sederajat dengan Alvin! Nggak akan pernah! Paham itu, Naya!" timpal Ibu mertua kembali dengan sengit.
Mendengar perkataan beliau, sekuat tenaga aku berusaha menahan rasa perih dan terluka.
Jadi ini sebabnya Ibu mertua tak pernah merestui pernikahanku dengan Mas Alvin? Karena aku hanya anak yatim piatu yang tak punya keluarga lagi kecuali hanya punya seorang paman yang hidupnya juga tak berkecukupan dan lebih memilih menyandingkan suamiku itu dengan Dona yang seorang pengusaha skincare?
Tunggu saja, Bu. Aku akan mencari tahu siapa Dona sebenarnya. Benarkah dia sesuai dengan ekspektasi yang Ibu inginkan tentang seorang menantu yang Ibu idam idamkan?
Aku yakin, pelak0r hanya ingin harta suami saja. Dan saat Ibu tahu seperti apa menantu baru Ibu itu sebenarnya, jangan bilang menyesal karena penyesalan di kemudian hari tentu saja tak ada gunanya lagi ...

0 Komentar