STATUS W A IPAR DAN MERTUAKU (1)


[Selamat datang ke dunia keponakan baruku. Seneng deh rasanya punya ponakan baru yang ganteng, imut dan lucu kayak kamu. Semoga jadi anak soleh dan bisa jadi kebanggaan mama dan papa ya. Aamiin.] Emoticon love dan telapak tangan diangkat ke udara tersemat dalam status Whats_App Lila, adik suamiku.
Aku mengernyitkan kening dengan ekspresi heran. Keponakan baru? Anak siapa ya?
Setahuku di keluarga besar suami ku belum ada yang melahirkan lagi dan kedatangan anggota keluarga baru.
Mbak Mira, kakak suamiku tidak dalam keadaan hamil atau pun melahirkan. Lila, adik iparku sendiri juga belum menikah, lalu anak siapa yang dimaksud sebagai keponakan baru olehnya itu?
[Fariz Alaydrus Bastian. Nama yang bagus banget. Moga jadi anak soleh ya, Sayang.] Tulis Lila lagi dalam status Whats_App-nya.
Kembali aku baca ulang status itu dan sesudahnya menelan air ludah sendiri. Bastian? Apa ini cuma kebetulan? Nama putri tunggal ku di belakangnya juga menggunakan nama itu, Bastian. Diambil dari nama belakang suamiku yakni Alvin Bastian.
Lalu ada hubungan apa di antara mereka ya kok bisa sama nama belakangnya? Duuh, kenapa aku mendadak jadi parno begini?
Penasaran, aku membalas status W A adik suamiku itu.
[La, ini anak siapa ya?] send.
Beberapa saat terlihat centang satu, dua lalu selanjutnya pesan itu berubah menjadi warna biru dan tampak adik iparku sedang mengetik balasan dari seberang sana.
[Anaknya temen, Mbak.] balasnya singkat sambil menyelipkan emoticon senyum.
Aku pun ber oh panjang sambil mengetik balasan.
[Nama belakangnya sama kayak nama anak mbak ya? Sama-sama Bastian.] kuketik balasan sembari menyelipkan emoticon tertawa kecil.
Di seberang sana kembali terlihat Lila tengah mengetik balasan tetapi saat kubuka ternyata hanya ada emoticon tertawa lebar sambil menutup mulut yang ia kirimkan.
Aku pun kembali men-scrool ke bawah pembaharuan status kontak Whats_App-ku dan kali ini tergelitik untuk membuka pembaruan status Whats_App ibu mertuaku.
[Selamat ya untuk kelahiran cucuku yang tampan. Semoga jadi anak soleh dan bisa membanggakan mama dan papamu ya.)
Aku merasakan jantungku seolah berhenti berdetak untuk beberapa saat lamanya dan seolah hendak lepas dari tempatnya. Cucu? Anak siapa yang dimaksud mama?
Kuklik kolom balas pada layar ponsel lalu menulis pertanyaan yang mengganjal hati saat ini.
[Maaf, Ma. Ini anak siapa ya kok mama manggilnya cucu?] Send.
[Anaknya temen arisan mama!] Hanya jawaban itu yang kudapat dari ibu mertua.
Ibu memang tak cukup akrab denganku. Dari awal menikah beliau tak terlalu setuju dan memberi restu, sehingga hubungan kami pun menjadi tak dekat dan harmonis. Bahkan kalau boleh jujur, ada jarak yang lumayan jauh di antara hubunganku dengan ibu mertua.
Aku pun memilih menutup aplikasi hijau milikku lalu bergeser ke menu panggilan, mencoba menghubungi Mas Alvin yang sudah dua hari ini dinas ke luar kota.
Lama tak diangkat hingga akhirnya terdengar jawaban dari suamiku itu.
[Ya, Nay. Ada apa?] sapa suamiku dari seberang.
[Kamu kapan pulang, Mas?] tanyaku.
[Sesuai jadwal besok lusa. Ada apa?] jawab suamiku.
[Nggak ada apa apa, Mas. Cuma tanya aja. Hmm ... Mas beneran dinas ke Jakarta 'kan, Mas? Bisa VC gak?] tanyaku lagi yang jujur merasa sedikit ragu dan penasaran akan keberadaan Mas Alvin saat ini.
Namun, dari seberang sana terdengar Mas Alvin mendengkus tanda tak suka.
[Nggak bisa, Nay. Mas sekarang sedang sibuk!]
[Ya udah ya! Mas tutup telponnya. Mas mau lanjut pertemuan lagi!] jawab Mas Alvin kemudian.
Aku pun terpaksa menunda keinginan untuk bertanya lebih jauh soal keberadaannya dan akhirnya hanya bisa pasrah saja saat suamiku hendak menutup telepon.
Namun, baru saja Mas Alvin hendak mematikan sambungan, lamat-lamat terdengar suara yang tidak asing lagi di telinga ini. Suara Lila dan ibu mertua yang sedang cekikikan dan tertawa dengan gembira.
"Kasihan ya si Naya. Nggak tahu kakak kamu di sini sedang seneng seneng bersama menantu kesayangan mama. Siapa suruh coba, nikah sama kakak kamu! Padahal mama jelas jelas nggak suka sama dia dan udah jodohin kakak kamu sama perempuan pilihan mama. Sekarang biar dia rasakan sendiri akibatnya! Kakak kamu bakalan sering nginap di sini dari pada di rumah dia ha ha ha ...!" terdengar tawa khas mama mertua yang disambut gelak tawa yang sama oleh Lila.
Mendengar tawa dan percakapan tersebut, seketika aku pun terhenyak kaget di tempatku duduk.
Ya Tuhan ... benarkah Mas Alvin sedang bersama mama mertua dan Lila di kediaman istri barunya yang baru saja melahirkan seorang putra untuknya dan bukannya dinas di luar kota?
Kalau benar, tega sekali dia. Pamit dinas ke luar kota demi mencari nafkah untuk keluarga, tapi bukannya dinas, malah nyatanya happy happy merayakan kelahiran putra barunya di rumah perempuan lain yang dipilihkan ibu mertua untuknya.
Awas saja kamu, Mas! Aku nggak akan diam saja. Kalau kamu benar diam diam menikah lagi bahkan sampai melahirkan putra baru, aku nggak akan diam saja.
Kalau kamu bisa sel1ngkuh, maka aku juga bisa membalas dengan membuat kamu dipecat dari pekerjaan karena pengkhianatan kamu ini! Batinku dalam hati.

0 Komentar