R E K E N I N G ISTRIKU (1)

 R E K E N I N G ISTRIKU (1)

(Gratis baca sampai tamat di aplkasi Fizzo ya.)
"Risma, Mas jatuhkan talak satu padamu sekarang juga! Mulai hari ini rumah tangga kita berakhir. Kamu bukan lagi istri Mas! Silahkan kamu pergi sekarang juga dari rumah ini karena ini rumah orang tua Mas!" ucap Mas Rudy tiba tiba saat aku baru saja pulang dari pasar setelah membeli beberapa belanjaan untuk keperluan makan siang kami hari ini.
Aku tertegun mendengar perkataan laki laki berwajah tampan yang sudah tiga tahun ini menjadi suamiku itu.

Apa Mas Rudy mengigau? Tak ada angin tak ada hujan tiba tiba saja dia menceraikan aku seperti ini? Apa alasannya?
"Tapi kenapa, Mas tiba tiba kamu menceraikan aku seperti ini? Apa salahku, Mas? Apa?" Aku tergugu hingga nyaris terisak karena tak dapat menahan luapan rasa pedih, kecewa dan tak percaya yang campur aduk menjadi satu di dalam dada ini akibat mendengar perkataannya barusan.
Meski tinggal di rumah mertua, tapi selama ini rumah tangga kami baik baik saja. Walau pun sampai saat ini kami belum berhasil memiliki keturunan, tapi Mas Rudy tak pernah mengeluh dan mempermasalahkannya.
Hanya saja ibu mertua memang sering menanyakan hal tersebut, mengapa aku tak kunjung hamil meski sudah tiga tahun menikah. Namun, sejauh ini setelah aku jelaskan bahwa anak adalah titipan Tuhan yang akan diberikan pada orang tua yang dianggap mampu menjalankan amanah untuk merawat dan mengasuh titipan Tuhan tersebut, ibu mertua pun mengerti dan tak pernah lagi mempermasalahkan hal itu.
Lantas alasan apa yang membuat suamiku pagi ini tiba tiba menjatuhkan talak satu ini padaku?
"Kamu nggak perlu tahu apa salah Rudy karena ibu yang menyuruh dia untuk menceraikan kamu, Risma!"
"Kamu ingat bukan? Sebelum menikah dengan kamu dulu, ibu pernah hendak menjodohkan Rudy dengan putri Pak RT yang sudah bekerja dan punya penghasilan sendiri? Walaupun hanya menjadi tenaga honorer di kantor kepala desa, tapi Susan jelas jauh lebih baik dari pada kamu!"
"Selain cantik, dia juga berasal dari keluarga baik baik! Dan yang paling penting, di usia muda dia sudah bisa beli kendaraan sendiri, walau cuma kendaraan roda dua! Bisa beli rumah sendiri walau pun masih kredit! Tapi nggak lama lagi pasti akan segera lunas! Nggak seperti kamu yang masih nebeng hidup sama suami dan mertua walaupun sudah menikah tiga tahun lamanya!"
"Apalagi sampai sekarang, kamu belum juga bisa memberikan ibu cucu! Lantas apa lagi yang bisa Ibu harapkan dari kamu, sementara ada Susan yang jelas jelas jauh lebih baik dari kamu dan ternyata masih menginginkan untuk menjadi istri putra Ibu ini!"
"Susan, sini, Nak! Duduk dekat Ibu! Kamu bilang sama Risma, kalau kamu jelas lebih baik dari pada dia dan masih ingin menikah dan menjadi istri Rudy biar si Risma ini tahu dan sadar kalau dia bukan siapa siapa yang patut dipertahankan sebagai istri putra ibu ini! Ayo Susan, bilang sama dia!" ujar ibu mertua yang tiba tiba muncul dari dapur dan duduk di samping Mas Rudy yang tengah menatapku tajam.
Ibu mertua kemudian memanggil Susan yang ternyata sudah menunggu di ruang tengah yang buru buru masuk ke ruang tamu dan duduk di samping beliau dengan senyum mengejek terulas di bibir tipis perempuan itu.
Aku menelan ludah demi mendapati kenyataan ini. Kenyataan bahwa selama ini ternyata ibu mertua tak sungguh sungguh menerimaku sebagai seorang menantu. Padahal selama ini aku sudah berusaha sekuat tenaga menjadi istri yang baik dan menantu yang cekatan untuknya tentunya.
Meski tak benar benar menjadi ibu rumah tangga murni karena diam diam selama tiga tahun ini aku menjadi seorang penulis online di platform bergaji dollar yang cukup terkenal dan berpenghasilan, tapi aku selalu berusaha membantu pekerjaan di rumah ini dengan sebaik baiknya.
Tapi ternyata semua itu tak berarti untuk ibu mertua dan Mas Rudy yang pagi ini begitu tega menjatuhkan talak padaku hanya karena kehadiran Susan yang katanya jauh lebih baik dariku sebab telah mampu membeli kendaraan roda dua dan rumah walau pun masih kredit.
Padahal di dalam rekening Mira, adikku yang selama ini kujadikan tempat menampung penghasilanku menjadi penulis online platform digital, aku telah mengumpulkan nyaris satu milyar rupiah uang tabungan kami yang rencananya selain ingin aku belikan rumah dan mobil baru untuk aku pergunakan bersama Mas Rudy, juga akan aku jadikan modal membangun usaha kuliner yang menjadi cita cita suamiku selama ini.
Tapi karena Mas Rudy sudah menjatuhkan talak satu padaku, tentu saja aku tak jadi memberikan semua itu.
"Ya sudah, Bu, Mas ... kalau memang Mas Rudy sudah menjatuhkan talak pada Risma, ya mau gimana lagi. Tapi apa nggak sebaiknya ada dua orang saksi yang menyaksikan talak ini karena aturan dalam agama 'kan seperti itu, Bu. Kalau tidak ada saksi, maka talak yang dijatuhkan tentu saja tidak sah!" ujarku pada ibu mertua.
Ibu mertua mendengkus sinis lalu membuka mulutnya.
"Ya, tentu saja harus ada saksi! Kamu nggak usah khawatir. Rudy cepat panggil Pak Herman dan Pak Bowo, tetangga sebelah rumah kita untuk jadi saksi perceraian kamu sama Risma biar jelas status kalian berdua mulai sekarang ini! Kasih tahu Pak Herman dan Pak Bowo sekarang juga, bilang Risma sudah pulang dari pasar dan kamu hendak menjatuhkan talak!" ujar ibu mertua lagi yang kemudian segera dilaksanakan oleh Mas Rudy dengan memanggil Pak Herman dan Pak Bowo yang menjadi orang yang dituakan di kampung ini untuk menjadi saksi perceraian kami.
Setelah kedua orang tersebut datang, Mas Rudy kemudian kembali mengikrarkan talak satu padaku yang segera sesudahnya disahkan oleh Pak Herman dan Pak Bowo bahwa kami telah sah bercerai secara agama.
"Ya sudah kalau begitu. Karena Mbak Risma sudah bukan istri dari Nak Rudy lagi, maka sebaiknya Mbak Risma pergi dari rumah ini karena kalian sudah tidak lagi sah sebagai suami dan istri!" ujar Pak Herman, yang masih keluarga besar Susan itu menegaskan.
Aku menganggukkan kepala dengan lesu lalu segera pamit pada ibu dan Mas Rudy untuk terakhir kalinya. Mungkin sudah nasibku jadi janda. Tapi tak apa meski janda, aku punya banyak tabungan dan penghasilan. Setidaknya aku tak harus pusing kepala memikirkan kebutuhan ekonomi yang harus aku penuhi sendiri setelah tak lagi menjadi istri Mas Rudy.
"Ya sudah, Mas kalau memang perkawinan kita harus berakhir dengan cara seperti ini, ya mau bagaimana lagi. Padahal aku baru saja mau bilang ke Mas dan ibu kalau aku ingin beli rumah baru agar kita bisa pergi dari rumah ini dan hidup mandiri, Mas!"
"Aku juga ingin beli mobil baru supaya kamu nggak perlu kehujanan dan kepanasan lagi kalau mau berangkat ke kantor. Bukan itu saja, aku juga ingin memberikan modal usaha buat kamu yang katanya ingin buka usaha restoran dan kedai kopi supaya nggak perlu lagi kerja sama orang, Mas!"
"Penghasilan aku dari menulis di platform digital setelah aku cek tadi ternyata sudah terkumpul satu milyar rupiah. Bisa untuk memujudkan semua itu. Tapi karena kita sudah jatuh talak, ya sudah, Mas. Semua tentu saja batal."
"Kalau begitu aku pamit dulu ya, Mas. Selamat tinggal. Assalamualaikum ...." ujarku sambil menenteng tas berisi pakaian ke luar rumah. Aku akan menuju bandara untuk pulang ke kampung halamanku di Kota Pekanbaru.
"Waalaikum salam ..." jawab Pak Herman dan Pak Bowo dengan nada biasa biasa saja.
Tapi tidak dengan Ibu mertua dan Mas Rudy yang tiba tiba bengong sambil komat kamit sebelum akhirnya memanggilku kembali dengan nada panik mencoba mencegah kepergianku.

0 Komentar