AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (19)
POV AUTHOR
Usai menutup pintu gudang di mana Heru telah ia sekap, Andrew kemudian mengambil ponsel dari dalam saku celananya lalu segera menghubungi seseorang.
[Jo, ada kerjaan buat kamu! Datang jam seperti biasa ya ke alamat ini,] ujar Andrew sambil
menyebutkan alamat kediaman Heru pada lelaki yang dipanggil Jo.
Lelaki di seberang telepon mengiyakan lalu setelah itu panggilan diputus dan Andrew bersama Mila kembali ke ruang tengah.
"Kamu yakin kita gak bakalan ketahuan polisi kalau kita lenyapkan Heru nanti, Ndrew?" tanya Mila saat mereka sampai ke ruang tengah.
"Kenapa tidak? Aku beberapa kali melakukan itu bersama Bejo sebelumya, kenapa sekarang harus khawatir ketahuan?" Andrew menyahut.
"Karena Heru itu pengusaha besar. Relasinya banyak, apalagi kita akan sekalian membuang m*yat ibunya bersamanya. Aku khawatir polisi tidak akan tinggal diam begitu saja, Ndrew!
Huff, harusnya kita pake cara yang sudah kususun saja sebelumnya, membuat Heru sakit agar kematiannya tidak terlalu mencolok. Aku sengaja memberikan dia makanan-makanan tidak sehat yang akan membuat darah tingginya kumat, dan saat itulah aku akan membuat ia kehilangan nyawanya. Tapi kamu malah mengubah rencana itu!" ucap Mila sambil menekuk mulut.
Mendengar kata-katanya, Andrew terlihat tak suka.
"Cara itu terlalu lama, Sayang! Kau pikir aku tidak cemburu dan panas membayangkan kau berada dalam peluk4n laki-laki itu lebih lama? Tidak! Aku tidak bisa menahan perasaan itu! Tahu!"
"Ya, sudah kalau begitu. Tapi kita harus hati-hati, jangan sampai Jo gagal melaksanakan tugas. Kita bisa celaka nanti! Aku nggak mau itu terjadi!" sergah Mila lagi.
"Tenang saja, serahkan saja semuanya padaku. Kita punya surat kuasa pengalihan hak semua harta dan perusahaan Heru, apalagi yang harus kita khawatirkan? Kita bahkan memegang kartu ATM miliknya bukan? Percayalah, kita akan hidup senang tanpa harus berkerja setidaknya sampai lima tahun ke depan!"
Mendengar perkataan lelaki di depannya, Mila akhirnya tersenyum.
Namun, kembali ia membuka suaranya.
"Tapi apa sudah betul-betul sah berkas-berkas yang kita buat di bawah tangan itu? Apa benar legalitasnya bisa diterima di muka hukum? Perusahaan Heru bukan perusahaan kecil, Ndrew, aku rasa prosesnya tidak semudah ini. Ayolah, kita tidak bisa seceroboh ini dalam bertindak. Aku tak mau menggali lobang kubur sendiri," keluh Mila lagi.
"Maksud kamu gimana? Aku gak ngerti?"
"Maksudku, kita harus benar-benar mengecek keabsahan berkas-berkas yang kita minta Heru untuk tanda tangan tadi. Apa benar-benar bisa kita pergunakan untuk urusan hukum atau tidak? Aku nggak mau kita ceroboh dan tidak mendapatkan hasil apa-apa, Ndrew. Mengerti?" sergah Mila lagi.
Mendengar kata-kata Mila, Andrew seolah baru tersadar dan akhirnya mengangkat bahu dengan pasrah.
"Kalau begitu, menurutmu apa lagi yang harus kita lakukan? Kita harus bagaimana?" Andrew setengah mengeluh.
"Aku akan menghubungi pengacara untuk meneliti apa berkas yang kita buat itu memiliki kekuatan hukum atau tidak! Kalau tidak, kita harus bisa membuatnya diakui di mata hukum.
Itulah yang aku sesalkan dari sikap gegabah kamu, Ndrew. Andai saja kamu mau bersabar sedikit lagi hingga Heru bercerai dari istrinya dan aku bisa menikah dengannya secara sah lalu berhasil merayunya supaya menyerahkan asetnya dengan sukarela menjadi atas namaku, mungkin jalannya akan lebih mudah bagi kita.
Tapi sekarang semua sudah terlanjur begini. Kita hanya bisa berharap semoga semuanya masih bisa diperbaiki. Oke, aku akan hubungi pengacara sekarang juga untuk memperbaiki kesalahan yang sudah kita perbuat dan pengacara yang bisa dibayar untuk membantu kita memalsukan data-data. Oke?"
"Oke, aku ikut saja. Silahkan atur saja bagaimana baiknya menurut kamu. Aku bagian cut aja nantinya. Kalau yang itu serahkan urusannya padaku!" sahut Andrew lagi sambil tersenyum menenangkan wanita di depannya.
Mendengar itu, Mila hanya menjawab dengan anggukan kepala.
"Bagaimana? Apa semua bisa diatasi?" tanya Andrew tak sabar saat Mila akhirnya sampai kembali ke rumah.
Ditanya demikian, Mila menganggukkan kepalanya.
"Syukurlah, semua masih bisa diatasi. Tanda tangan Heru sah, jika kita bisa mencari dua orang saksi sebagai penguat perjanjian pelimpahan hak atas harta benda milik Heru.
Tapi setelah ini kita juga harus bisa membuat rekayasa seolah-olah Heru sengaja bun*h diri sebab depresi karena ibunya telah meninggal dunia dan Andin berserta anak-anaknya pergi meninggalkan rumah, Ndrew.
Kita harus bisa merekayasa kematiannya sedemikian rupa supaya polisi tak curiga jika kitalah yang sudah mencelakainya. Untuk itu kita harus bertindak sangat hati-hati. Jangan sampai Jo gagal melaksanakan tugas itu! Aku gak mau kita diburu polisi hanya karena kebod0han kita sendiri!" sahut Mila lagi menekankan, sambil memandang wajah laki-laki di depannya dengan lekat.
Andrew menganggukkan kepala.
"Kalau itu pasti, aku akan sangat hati-hati melakukan itu! Percayalah, Jo bukan penjahat kemarin sore. Dia pasti bisa melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin. Namun, satu hal yang harus kita jaga adalah jangan sampai rahasia ini bocor ke telinga orang lain, Mil.
Tapi, bagaimana dengan Siti? Apa dia bisa dipercaya? Hanya dia satu-satunya orang yang tahu perbuatan kita, tapi sejauh ini dia selalu bisa dipercaya untuk menyimpan rahasia bukan?" tanya Andrew lagi pada Mila.
Mila reflek menganggukkan kepalanya.
Siti, wanita belia itu sudah lama ikut bersamanya. Sejauh ini selalu bisa diandalkan untuk menyimpan rahasia.
Jadi, mungkin tak ada yang merasa dicemaskan dan dikhawatirkan lagi. Semua pasti akan berjalan sesuai dengan rencana mereka ini.
Heru menatap wajah ibunya yang terlihat pucat. Dirabanya kulit wanita di depannya yang telah mulai dingin.
Sungguh, ia tak menyangka, mengganti istri pertamanya Andin dengan istri keduanya Mila, ternyata menjadi sebab ia harus kehilangan ibunya untuk selama-lamanya. Bukan itu saja, tapi juga harta benda yang sekarang ini dikuasai oleh Mila dan kekasih gelapnya.
Pantas saja ibunya jarang rewel dan menangis serta bersuara saat bersama Mila, ternyata sepertinya perempuan itu telah memberi obat tidur dengan dosis tinggi hingga akhirnya nyawa sang ibu tak terselamatkan lagi.
Laki-laki itu masih tertunduk di depan jasad ibunya yang mulai kaku, saat tiba-tiba pintu gudang kembali dibuka, dan kali ini sosok Andrew masuk bersama seorang rekannya yang wajahnya terlihat kasar dan menyeramkan.
Seketika, Heru mencium firasat tak enak. Jangan-jangan ia bukan akan dilepaskan dalam keadaan selamat begitu saja oleh Andrew dan rekannya, melainkan sengaja akan dilenyapkan untuk ... selama-lamanya!!!
Mulut Heru yang dalam keadaan tersumpal lakban menggeram marah saat dua orang lelaki itu masuk dan membawa tubuh ibunya yang berada di atas kursi roda menuju keluar kamar.
Entah akan diangkat ke mana, ingin rasanya ia bertanya tapi dua lelaki itu tak menggubris sama sekali, manalagi ia tak bisa bicara sebab mulutnya tertutup lakban itu. Namun, Heru bisa merasakan sesuatu yang tak enak seolah akan dihadapi olehnya tak lama lagi.
Andrew dan rekannya kemudian kembali masuk dan membawa tubuhnya yang sudah lemas karena dua hari tak diberi makan, menuju mobil lamanya yang terparkir dalam garasi.
Mobil sisa-sisa perjuangan saat ia baru saja mulai naik taraf kehidupannya itu terlihat dalam keadaan dinyalakan saat ia tiba.
Ke sanalah sepertinya ia akan dibawa.
Dan benar saja, sesaat kemudian ia dimasukkan oleh Andrew dan rekannya ke dalam mobil itu yang ternyata sudah ada jenazah ibunya di bagian belakang.
Rekan Andrew kemudian membawa mobil itu bersama dirinya dan jenazah ibunya menuju jalan raya yang sepi karena hari sudah larut malam.
Sementara di belakang mereka, Andrew dan Mila mengikuti dengan mobil mewah Heru yang mereka bawa.
Mobil yang dibawa Jo kemudian mengarah menuju luar kota di mana di daerah itu terdapat jurang terjal di kanan dan kiri jalan. Ke sanalah mereka hendak menuju.
Jo terus melanjutkan perjalanan hingga akhirnya sampai di tempat yang mereka rencanakan untuk menghabisi nyawa Heru.
Laki-laki bertubuh gempal itu kemudian menghentikan mobilnya saat sampai dan memarkirnya tepat di tepian jalan curam yang diapit jurang terjal di sisi kiri dan kanan serta dibawahnya menganga sungai yang berair deras.
Jo kemudian turun lalu melepaskan tali yang mengikat kaki dan tangan Heru kemudian mengangkat tubuh lemah yang sudah tak berdaya sebab sudah dua hari lebih tak makan itu lalu membopongnya menuju jurang lebar di depan sana dan ...
Wuss!
Tubuh lemah Heru meluncur jatuh menuju kedalaman jurang di bawah sana.
Tubuh yang sudah kehilangan tenaga dan tak lagi memungkinkan untuk melakukan perlawanan itu hanya bisa pasrah saat dilemparkan ke udara lalu meluncur jatuh menuju jurang yang menganga dan disambut air sungai yang mengalir dengan derasnya di bawah sana.
Dan semuanya pun usai.
Ceritanya belum ending ya 
Apakah setelah dilemparkan ke jurang lalu Heru meninggal dunia atau selamat?

0 Komentar